Warna, lebih dari sekadar unsur visual, membawa muatan estetika yang mendalam. Pameran “Colors of Life”, yang menampilkan karya Arita Savitri, Djoko Sardjono, dan Rakhmat Supriyono, menunjukkan bagaimana warna bukan hanya ornamen, tetapi juga cerminan jiwa para senimannya. Kita semua terhubung dengan warna; kesederhanaan dan emosi yang ditimbulkannya menjadikannya elemen fundamental dalam kehidupan. Pameran ini pun bisa dimaknai dari dua sudut pandang: penggunaan warna dalam karya, dan bagaimana kehidupan pribadi seniman menginspirasi pilihan warna tersebut. Keduanya saling berkaitan erat, menciptakan dialog yang kaya.
Arita Savitri, melalui kirigami dan lukisannya, mengeksplorasi sisi abstrak dan psikologis. Seni gunting kertas dari Jepang ini menjadi mediumnya untuk meredam ketegangan batin. Bentuk-bentuk yang terpola dan indah justru lahir dari kekacauan internal, menciptakan kontras yang memikat. Motif floral yang berulang dalam karya kirigami dan lukisannya seakan menjadi metafora dari proses mekarnya jiwa. Penggunaan food colors menambah nuansa naturalis, sementara tema-tema historis dan religius, seperti candi dan wajah Yesus Kristus, memperkaya dimensi karyanya. Uniknya, musik yang ia dengarkan pun turut mempengaruhi proses kreatif dan pemilihan warnanya.
Djoko Sardjono, dengan pendekatan impresionisme dan brush stroke yang dinamis, mengajak kita menyusuri sejarah arsitektur Jawa, khususnya Yogyakarta. Bangunan-bangunan bersejarah yang dilukisnya bukan sekadar representasi visual, melainkan sebuah upaya menghadirkan masa lalu ke masa kini. Ia menggabungkan intuisi, imajinasi, dan pemahaman mendalam tentang sejarah, arsitektur, serta nilai estetika. Dominasi warna cokelat, dipadu dengan sentuhan hijau, merah, dan kuning, menciptakan kekuatan visual yang memukau. Goresan kuas tunggalnya menjadi ibarat narasi yang sarat emosi.
Rakhmat Supriyono, terinspirasi oleh “gerak”, menangkap vitalitas tari Jawa dan Bali, serta aktivitas keseharian. Karya-karyanya bukan hanya merepresentasikan gerakan fisik, tetapi juga esensi filosofis dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Meskipun cenderung realis, goresan liar dan ekspresif dalam lukisannya memberikan nuansa la durée—aliran waktu dan kehidupan—menghidupkan setiap adegan. Dia berhasil menggabungkan realisme dengan ekspresi yang penuh energi.
Pameran “Colors of Life” menawarkan lebih dari sekadar pameran seni rupa. Ia merupakan sebuah refleksi tentang kehidupan, emosi, dan bagaimana warna menjadi media untuk mengekspresikan keduanya. Melalui beragam gaya dan pendekatan, ketiga seniman tersebut mengajak kita untuk merenungkan hubungan antara warna, kehidupan, dan ekspresi diri.
Sumber : https://ketiketik.com/naluri-warna-melihat-pameran-colors-of-life/